Meditasi

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu teman yang rutin melakukan meditasi setiap hari. Saya bertanya kesulitan apa yang paling sering ia alami saat berlatih meditasi. Jawaban teman saya: ia kesulitan untuk mencapai pikiran yang tenang atau pikiran diam.

Ia sudah mencoba mengikuti langkah-langkah dalam proses meditasi seperti mencari tempat yang tenang, memposisikan tubuh serileks mungkin, memusatkan perhatian pada satu titik tertentu, merasakan aliran nafas yang dihirup dan hembuskan, hingga berupaya mendeteksi segala sesuatu yang ditangkap oleh indra. Namun, semua itu tak lantas menjadikan ia berada dalam kondisi meditatif.

Saya merenungkan jawaban teman saya. Apakah pikiran bisa sampai pada keadaan yang benar-benar tenang? Sementara, di dalam pikiran banyak hal yang tiba-tiba muncul dan bersliweran. Saya lalu menyadari bahwa bertindak melakukan meditasi berbeda dengan mencapai kondisi yang meditatif.

Bila belajar dari proses kreativitas, banyak sekali cerita yang menggambarkan bahwa ide muncul ketika sedang mandi. Tentu ini tak berarti mandi menjadi satu-satunya cara untuk mencari sebuah pemecahan masalah. Memperoleh gagasan kreatif juga sering terjadi saat kita minum kopi sambil menghirup aromanya atau memandang terus-menerus ke arah angkasa atau mendengarkan suara air. Hal ini saya rasakan sama bila kita ingin mencapai kondisi meditatif. Yang diperlukan adalah membuat jarak, menciptakan jeda, dan melampaui tahap-tahapan yang bersifat formal atau tersturuktur.

Saya berkesimpulan ketika kita melepaskan diri dari sekadar mengikuti langkah-langkah bermeditasi atau hasrat untuk mencapai sebuah titik tertinggi dari pikiran, pada saat yang sama sebenarnya kita mengikuti gerak pikiran. Bahkan bisa jadi kita "melihat" apa yang melintas di benak kita.