Suatu waktu, di tempat kerja, saya menceritakan alasan mengapa suka membaca buku. Alasannya sederhana, saya membiasakan hal itu karena saya takut.
Saya takut untuk memulai percakapan dengan orang baru. Saya takut kalau ketika orang bertanya atau mengajak ngobrol, saya tak tahu cara menanggapinya. Apa yang dapat membantu saya untuk memecahkan masalah ini? Ayah saya memberi jawabannya. Ia mengatakan bahwa informasi adalah jendela dunia.
Sejak itu, saya seperti keranjingan mencari informasi. Saya membaca apapun, mulai dari majalah, komik, koran, buku, hingga cerita silat. Tak hanya satu topik, tapi beragam: biografi tokoh, politik, humor, desain, seni, musik, ilmu pengetahuan, sastra, bahkan filsafat. Tujuannya satu: saya memperoleh banyak informasi atau paling tidak saya punya sedikit pengetahuan mengenai sesuatu.
Hasilnya, setiap bertemu orang, saya selalu punya bahan untuk memulai percakapan atau merespon pembicaraan.
Banyaklah membaca. Biasakanlah membaca. Milikilah pengetahuan. Dengan itu, Anda memperluas pemikiran dan memperbesar peluang orang-orang mengenal diri Anda.
Saya takut untuk memulai percakapan dengan orang baru. Saya takut kalau ketika orang bertanya atau mengajak ngobrol, saya tak tahu cara menanggapinya. Apa yang dapat membantu saya untuk memecahkan masalah ini? Ayah saya memberi jawabannya. Ia mengatakan bahwa informasi adalah jendela dunia.
Sejak itu, saya seperti keranjingan mencari informasi. Saya membaca apapun, mulai dari majalah, komik, koran, buku, hingga cerita silat. Tak hanya satu topik, tapi beragam: biografi tokoh, politik, humor, desain, seni, musik, ilmu pengetahuan, sastra, bahkan filsafat. Tujuannya satu: saya memperoleh banyak informasi atau paling tidak saya punya sedikit pengetahuan mengenai sesuatu.
Hasilnya, setiap bertemu orang, saya selalu punya bahan untuk memulai percakapan atau merespon pembicaraan.
Banyaklah membaca. Biasakanlah membaca. Milikilah pengetahuan. Dengan itu, Anda memperluas pemikiran dan memperbesar peluang orang-orang mengenal diri Anda.